Este es una web oficial del Gobierno de la República Dominicana Así es como puedes saberlo

Foro

Sayap Terakhir di L…
 
Avisos
Vaciar todo

Sayap Terakhir di Langit Merapi


(@rendangsapi1212)
Eminent Member
Registrado: hace 1 semana
Respuestas: 14
Topic starter  

Di lereng sunyi Gunung Merapi, di antara kabut pagi dan desir angin hutan tropis, hiduplah seekor elang jawa bernama Jiwa. Ia bukan elang biasa — bulunya cokelat keemasan, dadanya putih bersih, dan jambul tegaknya menari kala ia menantang langit. Ia adalah satu dari sedikit elang jawa yang masih tersisa, simbol langka kebebasan yang nyaris punah.

Sejak kecil, Jiwa dibesarkan dalam pusat rehabilitasi satwa oleh seorang pria tua bernama Pak Ganda. Ia seorang penjaga hutan sekaligus sahabat bagi para binatang liar. Tangannya kasar oleh waktu, tapi hatinya lembut seperti kabut yang menyelimuti puncak Merapi.

“Aku takkan mengekangmu selamanya, Jiwa,” bisik Pak Ganda suatu sore, sambil menyuapi daging segar. “Tapi kau harus kuat, harus siap… Dunia luar tak seindah langit di matamu.”

Jiwa tumbuh menjadi elang yang gagah dan cerdas. Setiap pagi, Pak Ganda melatihnya terbang, mengenal arah angin, mengenali mangsa, bahkan menghindari perangkap pemburu. Jiwa belajar dengan cepat. Namun matanya selalu menatap ke puncak Merapi — tempat di mana langit menyatu dengan mimpi.

Suatu hari, saat matahari belum tinggi, Jiwa melesat dari sarangnya. Ia terbang lebih tinggi dari biasanya, melewati batas hutan, menuju punggung Merapi. Pak Ganda mengikuti dari jauh, napasnya tersengal, namun senyumnya tak pernah hilang.

Akhirnya, di sebuah batu besar menghadap kawah, Jiwa berhenti. Ia menoleh ke belakang, melihat Pak Ganda berdiri sambil melambaikan tangan.

«Pergilah. Itu langitmu.»

Dengan satu kepakan besar, Jiwa mengudara, membelah angin, menari di atas Merapi. Ia tidak lagi burung penangkaran. Ia adalah penjaga langit — elang jawa terakhir yang bebas.

Di bawah, Pak Ganda menatapnya hingga hilang di balik awan.

“Kau bukan milikku, Jiwa… Tapi kau milik langit ini. Milik Indonesia.”

Sejak hari itu, banyak pendaki yang mengaku melihat seekor elang berjambul melayang di atas Merapi, seolah mengawasi hutan dan manusia dari kejauhan. Mereka menyebutnya «Bayangan Emas dari Langit Merapi.»

Dan bagi Pak Ganda, selama langit masih dijaga oleh sayap Jiwa, harapan untuk alam takkan pernah benar-benar mati.


   
Citar
Compartir:

Scroll al inicio