Este es una web oficial del Gobierno de la República Dominicana Así es como puedes saberlo

Foro

Sepiring Nasi Padan…
 
Avisos
Vaciar todo

Sepiring Nasi Padang di Tengah Hujan


(@langkahkaki4525)
Active Member
Registrado: hace 1 semana
Respuestas: 6
Topic starter  

Hujan turun deras di sore itu, membasahi trotoar dan menimbulkan aroma tanah yang bercampur dengan wangi sambal dari warung di ujung jalan. Di bawah atap seng berkarat bertuliskan “Rumah Makan Sederhana – Nasi Padang Asli Minang”, seorang lelaki muda berdiri sambil memeluk tas ranselnya erat-erat.

Namanya Raka, mahasiswa perantauan dari Jawa yang baru saja menerima kabar buruk — kiriman uang bulanannya tertunda. Perutnya sudah melilit sejak pagi, tapi ia hanya punya uang pas untuk satu kali makan.

Dengan langkah ragu, ia masuk ke dalam warung kecil itu.
Aroma rendang, gulai ayam, dan daun singkong rebus langsung menyergap hidungnya, seolah menyapa dengan hangat.
Seorang ibu paruh baya dengan senyum ramah menghampiri.
“Silakan, Nak. Mau makan apa?”
Raka menunduk, “Rendang satu, Bu… nasi setengah aja.”

Ibu itu hanya mengangguk, lalu menyiapkan sepiring nasi dengan lauk lengkap — rendang, sambal ijo, dan sayur nangka. Raka sempat ingin protes, tapi ibu itu hanya berkata pelan,
“Kalau lapar, jangan ditahan. Makan dulu, bayar belakangan juga boleh.”

Raka tertegun. Ia menatap nasi yang mengepul hangat di depannya. Setiap suapan terasa bukan hanya lezat, tapi juga menenangkan. Bumbu rendang yang meresap hingga ke serat daging itu seperti mengingatkannya pada pelukan ibunya di kampung.

Setelah habis, ia berterima kasih dengan wajah menunduk. “Maaf, Bu, uang saya belum cukup. Minggu depan saya ke sini lagi, saya bayar.”
Ibu itu tersenyum, menyeka tangannya dengan kain lap.
“Tak apa, Nak. Saya juga dulu pernah lapar di rantau. Tuhan yang bayar nanti.”

Beberapa bulan kemudian, Raka datang lagi ke warung itu — kali ini dengan kemeja rapi dan senyum lebar. Ia baru saja diterima kerja.
“Bu, ini uang makan waktu itu,” katanya sambil menyerahkan amplop kecil.
Ibu itu tertawa kecil.
“Kalau begitu, biar saya traktir rendang dua potong hari ini. Rezeki jangan dilawan.”

Raka tertawa. Di luar, hujan kembali turun. Tapi di dalam warung kecil itu, kehangatan tetap sama — sepiring nasi padang, penuh bumbu dan kebaikan hati.


   
Citar
Compartir:

Scroll al inicio